Penyakit digital kian merajalela. Kakak dan adik saya menuntut minta dicarikan smartphone model terbaru yang bagus untuk mereka, karena bagi mereka, saya dianggap lebih paham akan hal-hal tersebut. Yah, sebut saja mereka itu gaptek, ga apa-apa, saya akui.
Jadi sekitar tahun 2011 keatas, android makin terkenal dan banyak dipasaran, saya ga mau ketinggalan, saya juga ikut ambil bagian dengan membeli Sony Xperia Miro.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, sampailah kita di tahun 2014. Otomatis sektor smartphone sudah makin maju dengan berbagai upgrade. Saya merasa mulai ketinggalan.
Ga bisa dipungkiri, itu adalah salah satu strategi bisnis perusahaan teknologi. Mereka memperbarui perangkat yang mereka jual di perangkat baru, bukan di perangkat lama. Jadi terpaksa orang-orang harus mengikuti dengan mengganti perangkat mereka, begitu dan seterusnya. Berulang-ulang.
Bisa dibilang saya adalah orang yang sedikit sabar, hemat, dan perhitungan. Tapi menjelang akhir tahun 2014, saya sudah tak tahan lagi. Ingin rasanya merasakan layar HD, memainkan game-game keren. Multitasking, tanpa lag.
Akhirnya saya mencoba untuk mencari pengganti.
Tapi sebelum semua itu terjadi, krisis ekonomi melanda dompet saya, dan hal-hal lain terasa lebih menggiurkan, Saya lebih memilih membeli sepeda Roadbike pada saat itu.
Nah, disaat itu juga lah, kakak, kakak ipar, dan adik saya minta saran untuk ikut ambil bagian di dunia smartphone ini. Mereka sudah saya ajarkan sebelumnya ketika penyakit Blackberry merajalela, untuk tidak ikut-ikutan dan ambil android saja.
Singkat cerita saya belikan mereka masing-masing merek smartphone yang berbeda-beda sesuai permintaan mereka. Total ada 4 merek: Himax Pure III, Asus Zenfone 5, Lenovo P780 dan Acer Liquid E3
Kalau untuk review, kekurangan dan kelebihan smarphone tersebut, semua punya keungggulan masing-masing dan saya ga bisa menjelaskan satu-satu karna bisa jadi panjang ceritanya. Yang penting adalah mereka puas dan mulai sedikit melek internet.
Cuma satu yang masih menggangu saya adalah hal ini, begini ceritanya..
Tiap hari, mereka pasti nanya-nanya ini itu. Ini caranya gimana, itu caranya gimana. Pengen buat ini caranya gimana dan lain-lain. Yah, wajarlah, namanya juga pengguna hp baru. Saya sih oke saja menjelaskan sekali, tapi kalau berulang-ulang kan cape juga.
"Punya smartphone kok ga smart." Kata saya dalam hati.
Hari-demi hari saya lalui dengan berbagai pertanyaan. Sampai saya pun mulai terkenal dikalangan pasar untuk urusan android. Saya dikenal "jago" untuk permasalahan gadget dan banyak orang dan teman minta tolong permasalahan handphone mereka. Sampai Ibu-ibu tetangga di pasar mulai minta tolong ini itu.Padahal saya rasa skill saya biasa aja. Basic doang.
Lalu apa yang terjadi sodara-sodara. Malapetaka.
Orang-orang tua, ibu-ibu, malah tambah eksis, narsis dan kekanak-kanakan. Pengen kayak gini juga, pengen punya akun itu juga, pengen upload itu juga, pengen punya itu juga. dan seterusnya.
Sampai anak-anak mereka yang dibawah umur juga dibelikan smartphone. Dan jadilah generasi yang kita lihat di linimasa saat ini.
Saya pikir-pikir, kejadian ini persis seperti lima-enam tahun yang lalu ketika generasi "kami" yang mengalami hal seperti itu. Nah, mereka sekarang berkata ke saya, "si Dira mah pendiam ya di internet. Ga eksis"
Sodara-sodara, masa saya sudah habis, kalian pikir kapan saya mulai mengenal ini semua, bulan kemarin kayak kalian? Bukan! saya sudah main begituan sejak enam tahun lalu. Kalian tahu sendiri nanti enam tahun kedepan gimana rasanya.
Oh iya, jadi bagaimana nasib gadget yang saya miliki saat itu? Saya pertahankan beberapa bulan sampai saya meminang smartphone baru yang belum pernah saya kenal dan lihat sebelumnya...
Jadi sekitar tahun 2011 keatas, android makin terkenal dan banyak dipasaran, saya ga mau ketinggalan, saya juga ikut ambil bagian dengan membeli Sony Xperia Miro.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, sampailah kita di tahun 2014. Otomatis sektor smartphone sudah makin maju dengan berbagai upgrade. Saya merasa mulai ketinggalan.
Ga bisa dipungkiri, itu adalah salah satu strategi bisnis perusahaan teknologi. Mereka memperbarui perangkat yang mereka jual di perangkat baru, bukan di perangkat lama. Jadi terpaksa orang-orang harus mengikuti dengan mengganti perangkat mereka, begitu dan seterusnya. Berulang-ulang.
Bisa dibilang saya adalah orang yang sedikit sabar, hemat, dan perhitungan. Tapi menjelang akhir tahun 2014, saya sudah tak tahan lagi. Ingin rasanya merasakan layar HD, memainkan game-game keren. Multitasking, tanpa lag.
Akhirnya saya mencoba untuk mencari pengganti.
Tapi sebelum semua itu terjadi, krisis ekonomi melanda dompet saya, dan hal-hal lain terasa lebih menggiurkan, Saya lebih memilih membeli sepeda Roadbike pada saat itu.
Nah, disaat itu juga lah, kakak, kakak ipar, dan adik saya minta saran untuk ikut ambil bagian di dunia smartphone ini. Mereka sudah saya ajarkan sebelumnya ketika penyakit Blackberry merajalela, untuk tidak ikut-ikutan dan ambil android saja.
Singkat cerita saya belikan mereka masing-masing merek smartphone yang berbeda-beda sesuai permintaan mereka. Total ada 4 merek: Himax Pure III, Asus Zenfone 5, Lenovo P780 dan Acer Liquid E3
Kalau untuk review, kekurangan dan kelebihan smarphone tersebut, semua punya keungggulan masing-masing dan saya ga bisa menjelaskan satu-satu karna bisa jadi panjang ceritanya. Yang penting adalah mereka puas dan mulai sedikit melek internet.
Cuma satu yang masih menggangu saya adalah hal ini, begini ceritanya..
Tiap hari, mereka pasti nanya-nanya ini itu. Ini caranya gimana, itu caranya gimana. Pengen buat ini caranya gimana dan lain-lain. Yah, wajarlah, namanya juga pengguna hp baru. Saya sih oke saja menjelaskan sekali, tapi kalau berulang-ulang kan cape juga.
"Punya smartphone kok ga smart." Kata saya dalam hati.
Hari-demi hari saya lalui dengan berbagai pertanyaan. Sampai saya pun mulai terkenal dikalangan pasar untuk urusan android. Saya dikenal "jago" untuk permasalahan gadget dan banyak orang dan teman minta tolong permasalahan handphone mereka. Sampai Ibu-ibu tetangga di pasar mulai minta tolong ini itu.Padahal saya rasa skill saya biasa aja. Basic doang.
Lalu apa yang terjadi sodara-sodara. Malapetaka.
Orang-orang tua, ibu-ibu, malah tambah eksis, narsis dan kekanak-kanakan. Pengen kayak gini juga, pengen punya akun itu juga, pengen upload itu juga, pengen punya itu juga. dan seterusnya.
Sampai anak-anak mereka yang dibawah umur juga dibelikan smartphone. Dan jadilah generasi yang kita lihat di linimasa saat ini.
Saya pikir-pikir, kejadian ini persis seperti lima-enam tahun yang lalu ketika generasi "kami" yang mengalami hal seperti itu. Nah, mereka sekarang berkata ke saya, "si Dira mah pendiam ya di internet. Ga eksis"
Sodara-sodara, masa saya sudah habis, kalian pikir kapan saya mulai mengenal ini semua, bulan kemarin kayak kalian? Bukan! saya sudah main begituan sejak enam tahun lalu. Kalian tahu sendiri nanti enam tahun kedepan gimana rasanya.
Oh iya, jadi bagaimana nasib gadget yang saya miliki saat itu? Saya pertahankan beberapa bulan sampai saya meminang smartphone baru yang belum pernah saya kenal dan lihat sebelumnya...
(bersambung..)
0 komentar:
Posting Komentar