Persiapan sudah saya mulai sejak sehari sebelumnya. Sore sehari sebelumnya saya latihan gowes, lalu malamnya tidur lebih awal. Walau tidur lebih awal yaitu sekitar setengah delapan malam, saya akhirnya terbangun juga jam sebelas malamnya, dan ajaibnya, sampai subuh saya tidak bisa tidur lagi. Oh, mungkin bawaan kebiasaan begadang.
Semalam itu saya gunakan untuk mempersiapkan sepeda, mengecek segala perangkatnya supaya besok ga ada kesalahan teknis.
Awalnya saya sempat ragu mau melakukan perjalanan yang lumayan jauh ini, karena saya pikir saya kurang tidur dan itu bisa membuat saya tiba-tiba pingsan tengah jalan. Tapi saya beranikan juga mengambil resiko karena saya rasa saya cukup fit untuk melakukannya.
Akhirnya Rute pun saya tetapkan. Dari rumah, di parungkuda, saya berencana pergi lewat jalan utama menuju lapangan merdeka sukabumi, lalu singgah ke sekolah lama saya SMKN1 sukabumi via jalan Secapa Polri. Yosh!
Dan TERNYATA! Perjalanan saya ibarat mendaki sebuah gunung. Selama ini tidak pernah saya sadari bahwa dari rumah ke sukabumi jalannya menanjak begitu signifkan. Karena, yaah, selama ini saya cuma mengandari motor atau naik angkutan umum. Tapi setelah saya gowes setengah perjalanan, saya sadar, bahwa rute yang sedang saya lewati adalah tanjakan tiada akhir. Saya frustasi.
Kecepatan rata-rata saya pun menurun drastis, hanya sekitar 18km/h.
Sebelumnya sudah saya perhitungkan bahwa jarak tempuh saya hanya sekitar 25km. Jika saya berangkat dari rumah jam setengah enam pagi, dan dengan kecepatan rata-rata 30km/h, maka kurang dari satu jam pasti saya sudah sampai karena diperjalanan pasti ada jalanan menurun untuk melakukan sprint. Ternyata saya salah.
Yang jelas saya sampai lebih dari satu jam, karena saya juga mampir sebentar di cisaat untuk mengambil beberapa foto dokumentasi. Karena memang olahraga kali ini tidak terlalu saya fokuskan benar-benar "olahraga" tapi lebih kepada touring santai. Jadi ditengah perjalan saya bisa singgah di beberapa tempat untuk mengambil gambar photo sphere juga. haha.
Semalam itu saya gunakan untuk mempersiapkan sepeda, mengecek segala perangkatnya supaya besok ga ada kesalahan teknis.
Awalnya saya sempat ragu mau melakukan perjalanan yang lumayan jauh ini, karena saya pikir saya kurang tidur dan itu bisa membuat saya tiba-tiba pingsan tengah jalan. Tapi saya beranikan juga mengambil resiko karena saya rasa saya cukup fit untuk melakukannya.
Saya harus nekat!Begitulah yang ada dipikiran saya. Saya belum pernah bersepeda jauh lebih dari 50km. Paling jauh selama ini hanya 13km pergi-pulang. Well, saya masih sedikit fobia dengan tanjakan juga. Tapi ya, kapan lagi? Kalau tidak dicoba, kapan akan bisa?
Akhirnya Rute pun saya tetapkan. Dari rumah, di parungkuda, saya berencana pergi lewat jalan utama menuju lapangan merdeka sukabumi, lalu singgah ke sekolah lama saya SMKN1 sukabumi via jalan Secapa Polri. Yosh!
Dan TERNYATA! Perjalanan saya ibarat mendaki sebuah gunung. Selama ini tidak pernah saya sadari bahwa dari rumah ke sukabumi jalannya menanjak begitu signifkan. Karena, yaah, selama ini saya cuma mengandari motor atau naik angkutan umum. Tapi setelah saya gowes setengah perjalanan, saya sadar, bahwa rute yang sedang saya lewati adalah tanjakan tiada akhir. Saya frustasi.
Kecepatan rata-rata saya pun menurun drastis, hanya sekitar 18km/h.
Sebelumnya sudah saya perhitungkan bahwa jarak tempuh saya hanya sekitar 25km. Jika saya berangkat dari rumah jam setengah enam pagi, dan dengan kecepatan rata-rata 30km/h, maka kurang dari satu jam pasti saya sudah sampai karena diperjalanan pasti ada jalanan menurun untuk melakukan sprint. Ternyata saya salah.
Yang jelas saya sampai lebih dari satu jam, karena saya juga mampir sebentar di cisaat untuk mengambil beberapa foto dokumentasi. Karena memang olahraga kali ini tidak terlalu saya fokuskan benar-benar "olahraga" tapi lebih kepada touring santai. Jadi ditengah perjalan saya bisa singgah di beberapa tempat untuk mengambil gambar photo sphere juga. haha.
Dan akhirnya, kebahagian itu datang juga setelah saya bisa mencapai tujuan. Ini pertama kalinya saya ber-minggu pagi di lapangan merdeka sukabumi. Dan wow, ternyata ramai sekali. Semua warga berkumpul untuk berolahrga, atau ada juga yang untuk nongkrong dan mejeng doang. (haha, saya bisa baca gelagat seseorang). Saya tidak bisa mengambil foto secara bebas karena terlalu banyak orang-orang yang bergerak, maka saya rencanakan kembali lagi kesini di jalan pulang nanti.
Saya duduk agak lama disana, mengistirahatkan otot karena saya harus bersiap mendaki lagi. Tujuan selanjutnya adalah mantan alias bekas sekolah saya dulu: SMKN 1 Sukabumi. Sudah lama saya ingin kesana, sekedar melihat perubahan dan bernostalgia. Sudah 3 tahun lebih saya belum pernah kembali kesini. FYI, sekolah saya ini ibaratnya ada di puncak sukabumi dan tata letaknya begitu rapi dan asri. Seluas mata memandang, hampir tidak ada sudut yang tidak ada "hijau"nya. Itulah yang membuat saya dan mungkin para pelajar turun temurun betah sekolah disini.
Ketika saya masuk dan menitipkan sepeda. Saya tak bisa berbuat banyak karena masih tidak percaya saya bisa sampai kesana hanya menggunakan sepeda. Saya pun lebih memilih menikmati momen, menatap lama dan memperhatikan setiap sudut sekolah lama saya itu daripada mengambil lebih banyak foto. Well. benar-benar menyenangkan.
Seperti rencana saya, saya tidak mungkin berlama-lama di Sukabumi karena tiap menit saya disini terik matahari makin memanas dan saya masih jauh dari rumah.
Saya pun pergi meninggalkan Sukabumi tapi sebelumnya menyempatkan kembali ke Lapangan Merdeka dan Mesjid Agung disana.
Dengan berbekal gugel maps, saya ingin mencoba rute baru untuk pulang yaitu dengan melalui Jalur Lingkar Selatan, Sukabumi. Seingat saya jalur ini masih sepi dan mungkin bagus untuk bersepeda, tapi anginnya lumayan kencang.
Setelah sampai di Jalur tersebut, saya frustasi lagi dengan kenyataan bahwa arah pulang dari sini adalah tanjakan juga?! "Lho, saya kan ke sukabumi tadi nanjak, kok pulang nanjak lagi, ga masuk akal!"
Tapi begitulah kenyataannya. Dari kota ke Jalur memang menurun. Tapi setelahnya, dari Jalur ke pertigaan di dekat Cisaat, merupakan tanjakan, karena posisi jalur ini memang terlalu bawah.
Yaah. Terpaksa saya lalui karena saya sudah terkurung disini, balik lagi nanjak, dilewatin juga nanjak, fuh.
Lagi lagi, ini adalah rute yang berat, saya hanya bertahan di 20an km/h sesekali ada turunan tapi segera setelah itu adalah tanjakan lagi. Niatnya saya mau melakukan sprint disini dan menghasilkan max speed baru, tapi saya salah rute, seharusnya pas pergi baru ambil rute ini, bukan pas pulang. Ya sudahlah.
Lepas Jalur lingkar Selatan adalah rute menurun kembali. Tapi saya masih tidak senang dengan itu. Jalur yang saya lewati banyak rusaknya, dan ditengah terik matahari jam sebelas siang saya masih terhambat oleh padatnya lalu lintas juga. Sepeda Road bike ini tidak cocok dengan jalanan yang tidak mulus, jangankan berlubang, jalanan retak sedikit saja getarannya sangat terasa. oh sempurna. Well, my friend, kenapa saya menulis ini, ya untuk virtual dairy saja sih sebenarnya. Dan untuk mengingatkan saya sendiri juga bahwa saya pernah melakukan ini semua. Saya ingin membuat catatan ini untuk mengingatkan bahwa akhirnya saya bisa dan pengalaman bersepeda saya pun bertambah. Touring singkat ini, yang walau saya jalani sendirian karena saya belum punya teman seperjuangan dalam hobi ini, saya ambil hikmahnya saja, toh saya juga ga terlalu ngotot selama touring, saya bawa dengan santai dan lebih kepada menikmati segala momen.
Sesampainya dirumah, saya lanjutkan tidur yang kurang semalam tadi. Bangunnya saya tulis blog ini. Lalu tidur lagi sampai keseokan siangnya karena badan saya berasa hancur semua. Dasar pemula, Haha.
Terimakasih sudah membaca. Maaf kalo ada salah salah typo.