That was emotional. Can't enjoy it.Baru beberapa menit gowes atau sekitar beberapa ratus meter saya berangkat. Kejadian memalukan terjadi pada saya. Saya nyaris terpental seperti gambar ilustrasi diatas karena mengerem ban depan secara maksimal. Apa sebabnya? Jadi ceritanya begini....
That was a Bad Idea.Kejadian tadi sore ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi dan bayangan-bayangan saya.
Awalnya saya mengira, "jika sekarang malam terakhir sebelum bulan puasa, pasti banyak yang lagi bersepeda sore nih."
Tapi ternyata, ga ketemu satupun. Sialnya lagi jalanan ramai dan macet dibeberapa tempat.
Seperti saya bilang diatas, bersepeda tadi itu begitu emosional.Kenapa? Karena jalanan yang ramai, saya lupa pakai masker, dan macet parah di beberapa titik.
Lalu kejadian memalukan sempat pula saya alami.
Ketika beberapa ratus meter dari titik berangkat, ada sedikit kepadatan jalan. Oh iya, FYI, saya ini tadi bersepeda di jalan raya, jalan utama Sukabumi-Bogor. Lalu saya salah sangka mengira jalanan bakal sepi dan banyak yang bersepeda untuk terakhir sebelum ramadhan. ternyata salah besar.
Orang-orang sedang keluar memadati jalan, mungkin untuk beli makanan untuk persiapan sahur dan keperluan lainnya.
Kembali ke kejadian memalukan tadi. Saat itu saya kurang fokus dan melepas sebelah tangan untuk mengatur stopwatch di jam tangan saya. Tanpa saya duga mobil sport hitam di depan saya berhenti mendadak (atau mungkin memang berhenti secara normal, karena saya kurang fokus juga).
Otomatis saya panik dan refleks mengerem maksimal. Dan.. tanpa sadar saya mengerem ban depan secara maksimal, ban depan tersebut berhenti total ditengah laju saya yang tidak terlalu cepat tapi sanggup untuk membuat bagian belakang sepeda saya terpental. UNTUNGNYA, saya masih bisa pegang kendali dengan kuat sehingga saya tidak sempat terjatuh, hanya tertatih-tatih. Saya pun menepikan sepeda saya dan pura-pura cek jam tangan sambil geleng-geleng mengarah ke mobil tadi (alih-alih supaya tidak malu dilihatin para pengendara yang melihat kejadian saya tadi). Sambil pura-pura, saya juga sambil menahan rasa sakit di selangkangan karena frame sepeda sempat mental kesana. Ugh.
Cukup beberapa saat saja, saya punya target waktu dan saya harus sudah arah balik dan sampai rumah sebelum jam 6 pikir saya. Maka saya pun melanjutkan menggowes sepeda.
Sepanjang jalan biasa saja, hanya yang bikin emosional lainnya adalah dada sesak karena banyak menghirup gas karbon dijalan. Saya menyesal tidak memakai masker sebelumnya.
Saya pun sampai di beberapa titik kemacetan dan tidak kalah emosional lagi karena harus memperlambat laju.
Sebenanrnya bukan itu yang paling menjengkelkan, tapi kejadian ini: Bayangkan dimana saya seharusnya melakukan sebuah sprint di jalan menurun untuk mendapat tenaga karena selanjutnya adalah jalan tanjakan, tapi ditengah sprint malah ada kemacetan. Lalu tadi sempat pula, ketika sedang berusaha di tanjakan yang lumayan panjang, saya diberhentikan karena ada mobil yang mau masuk persimpangan, Argh! Anda pasti tahu bagaimana perasaan itu. "Nikmat" minta ampun.
Tapi saya senang. Sekarang saya sadar saya mulai terlatih. Saya melewati beberapa tanjakan lebih cepat dari sebelum-sebelumnya. Cuma satu kekurangan yang saya miliki, saya tak memiliki banyak waktu luang untuk bisa bersepeda lebih jauh dan lebih lama karena selalu berbenturan jam kerja.
Eniwei, Walau sempat malas karena badan sedikit pegal, Alhamdulillah, saya tidak melewatkan tarawih pertama malam ini.
Selamat Puasa.